Senin, 31 Desember 2012

CHOLESTASIS


A.      Definisi
Cholestasis adalah kondisi yang terjadi akibat terhambatnya aliran empedu dari saluran empedu ke intestinal. Kolestasis terjadi bila ada hambatan aliran empedu dan bahan-bahan yang harus diekskresi hati (Nazer, 2010).
B.       Etiologi/Penyebab
      Penyebab cholestasis dibagi menjadi 2 bagian: intrahepatic cholestasis dan
ekstrahepatic cholestasis.
  • Pada intrahepatic cholestasis terjadi akibat gangguan pada sel hati yang terjadi akibat: infeksi bakteri yang menimbulkan abses pada hati, biliary cirrhosis primer, virus hepatitis, lymphoma, cholangitis sclerosing primer, infeksi tbc atau sepsis, obat-obatan yang menginduksi cholestasis.
  • Pada extrahepatic cholestasis, disebabkan oleh tumor saluran empedu, cista, striktur (penyempitan saluran empedu), pankreatitis atau tumor pada pankreas, tekanan tumor atau massa sekitar organ, cholangitis sklerosis primer. Batu empedu adalah salah satu penyebab paling umum dari saluran empedu diblokir. Saluran empedu Diblokir mungkin juga hasil dari infeksi.
C.      Patofisiologi
Empedu adalah cairan yang disekresi hati berwarna hijau kekuningan merupakan kombinasi produksi dari hepatosit dan kolangiosit. Empedu mengandung asam empedu, kolesterol, phospholipid, toksin yang terdetoksifikasi, elektrolit, protein, dan bilirubin terkonyugasi. Bagian utama dari aliran empedu adalah sirkulasi enterohepatik dari asam empedu. Hepatosit adalah sel epetelial dimana permukaan basolateralnya berhubungan dengan darah portal sedang permukaan apikal (kanalikuler) berbatasan dengan

Sabtu, 29 Desember 2012

masalah vasektomi



Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat terjadi di Negara asia, amerika latin dan afrika yang merupakan Negara miskin. Banyak masalah yang dihadapi sebagai dampak pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, antara lain semakin meningkatnya kemiskinan yang akan berdampak terhadap masalah kesehatan. Manusia sadar akan bahanyanya pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, sehingga gagasan pelaksanaan keluarga berencana telah dipikirkan (Manuaba,2010).
Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar hingga akhir tahun 2011. Negara Indonesia berada diurutan ke 4 penduduk terbanyak di dunia setelah cina, hindia dan amerika. Sensus penduduk Indonesia 2010 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia 237.641.326 jiwa. Untuk mengatasi terjadinya ledakan penduduk tersebut maka pemerintah mencanangkan program keluarga berancana (KB) sejak tahun 1957 (BKKBN,2011)
Menurut World Health Organisation (WHO) Expert Committle 1970, KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek-objek tertentu, menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami isteri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
Tujuan dari program KB adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, termasuk dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas (BKKBN, 2005). Salah satu kegiatan operasional pelayanan KB yaitu dengan memberikan pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB.
Partisipasi dalam KB merupakan manifestasi kesetaraan gender. Ketidak setaraan gender dalam KB dan kesehatan reproduksi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program. KB yang bisa digunakan oleh pria antara lain kondom, vasektomi dan koitus intruptus. Salah satu KB yang diperuntukkan untuk pria adalah vasektomi atau MOP (Metode Operatif Pria). Vasektomi telah dikenal kurang lebih 100 tahun yang lalu dan merupakan jenis kontrasepsi yang dianggap efektif untuk menghentikan kesuburan pada laki-laki(Murtiningsih,2010).
Rendahnya keikutsertaan pria dalam program KB bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu alat kontrasepsi yang tersedia lebih banyak diperuntukkan bagi perempuan, sehingga pria tidak memiliki banyak pilihan, kondisi lingkungan sosial masyarakat yang masih kurang mendukung, serta keterbatasan penerimaan dan aksesibilitas terhadap pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (BKKBN, 2005).
Masih ada persepsi bahwa pria adalah kepala keluarga, dan yang paling bertanggung jawab terhadap masalah KB adalah wanita, bukan pria. Pelayanan kesehatan yang kurang memberikan sosialisasi ke masyarakat sehingga alat kontrasepsi vasektomi kurang populer karena masyarakat kurang mengetahui manfaatnya. Selain itu masih ada persepsi bahwa setelah vasektomi akan terjadi penurunan libido membuat para suami enggan menjadi peserta vasektomi. Selama ini PUS yang berpendidikan rendah cenderung kurang memahami manfaat ber-KB sehingga tidak merasa perlu mengikuti program KB (Parwieningrum, 2009).
Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh tingkat pengetahuan dan sikap suami terhadap kontrasepsi mantap vasektomi di Tlanakan.

;;

By :
Free Blog Templates