Minggu, 09 Juni 2013
A. Defenisi
Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro
menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur
(WUS) dan pada ibu hamil (bumil).
KEK adalah penyebabnya dari ketidakseimbangan antara asupan
untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas
FKMUI, 2007).
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain
dari Kurang Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan
lemak akibat kurang energi yang kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh World
Health Organization (WHO).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung
lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan
dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang
dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm.
B. Etiologi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK:
1.
Faktor Sosial Ekonomi
·
Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan
pola makanan. Orang dengan tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan
sebagian besar pendapatan untuk makan, sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi
akan berkurang belanja untuk makanan.
Pendapatan merupakan faktor yang
paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai
uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin
tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut
untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya
·
Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang
merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya
karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan / informasi
tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
·
Faktor Pola Konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia
pada umumnya mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan tinggi sumber
besi non heme (nabati), menu makanan juga banyak mengandung serat dan fitat
yang merupakan faktor penghambat penyerapan besi (Departemen Gizi dan Kesmas
FKMUI, 2007).
·
Faktor Perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita
terhadap makanan, pada umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus pada
kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori paling
sedikit 3000 kalori / hari Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk seperti
merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik
dan sebaliknya (Arisman, 2007).
2.
Faktor Biologis
·
Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang
muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga
akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada ibu yang terlalu
muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan
ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal
yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang
paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga
diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik.
·
Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering
melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa
apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2
tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi
anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun.
(Aguswilopo, 2004 : 5).
Jarak melahirkan yang terlalu dekat
akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan
kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya
sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah
melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah
gizi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).
·
Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang
pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable). (Mochtar, 1998). Paritas
diklasifikasikan sebagai berikut:
ü Primipara adalah seorang wanita yang
telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas
viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
ü Multipara adalah seorang wanita yang
telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
mencapai batas viabilitas.
ü Grande multipara adalah seorang
wanita yang telah mengalami lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat
janin telah mencapai batas viabilitas.
Kehamilan dengan jarak pendek dengan
kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun / kehamilan yang terlalu sering dapat
menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras cadangan zat gizi tubuh serta
organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum masa kehamilan
(Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
·
Berat Badan Selama Hamil .
Berat badan yang lebih ataupun
kurang dari pada berat badan rata-rata untuk umur tertentu merupakan faktor
untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan agar kehamilannya
berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan berat badan selama hamil
sekitar 12-14 kg.
Jika ibu kekurangan gizi
pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ).
Pertambahan berat badan selama
hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg,
trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat
badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.
C. Tanda dan gejala
1. Lingkar lengan atas sebelah kiri
kurang dari 23,5 cm.
2. Kurang cekatan dalam bekerja.
3. Sering terlihat lemah, letih, lesu,
dan lunglai.
4. Jika hamil cenderung akan melahirkan
anak secara prematur atau jika lahir secara normal bayi yang dilahirkan
biasanya berat badan lahirnya rendah atau kurang dari 2.500 gram.
D. Dampak yang ditimbulkan
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)